بسم
الله الرحمن الرحيم
MENJADI
ORANG MUKMIN YANG KUAT
الحَمْد
ُلِلّٰهِ وَحْدَهُ. وَ الصَّلَاةُ وَ السَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَ عَلَى أٰلِهِ
وَ أَصْحَابِهِ وَ مَنْ وَالَاهُ. أَمَّا بَعْدُ
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
المُؤْمِنُ
اْلقَوِيُّ خَيْرٌ وَ أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ اْلـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ وَ فِيْ
كُلٍّ خَيْرٌ, اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَ اسْتَـعِـنْ بِاللهِ وَلَا تَعْجَزْ.
وَ إِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ : لَوْ أَنِّيْ فَعَلْتُ كَذٰا وَ كَذٰا. وَ
لٰكِنْ قُلْ قَدَرُ اللهِ وَ مَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحْ عَمَلَ الشَّيْطَانِ.
رواه مسلم
Orang
mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin
yang lemah. Namun, kedua-duanya mempunyai kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk
mendapatkan sesuatu yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada
Allah. Dan janganlah menjadi lemah. Jika engkau tertimpa musibah, maka
janganlah berkata : Seandainya aku lakukan demikian dan demikian”. Akan tetapi
hendaklah engkau berkata : “Ini adalah takdir Allah. Apa yang dikehendaki-Nya
pasti terjadi”. Karena perkataan “seandainya” dapat membuka amal syaithon. (HR.
Muslim 2664)
A.
Hakekat Iman
Iman menurut etimologi berarti membenarkan. Allah berfirman seraya
menuturkan tentang saudara-saudara Yusuf bersama ayah mereka :
قَالُوا يَا أَبَانَا إِنَّا ذَهَبْنَا نَسْتَبِقُ وَتَرَكْنَا
يُوسُفَ عِنْدَ مَتَاعِنَا فَأَكَلَهُ الذِّئْبُ وَمَا أَنْتَ بِمُؤْمِنٍ لَنَا
وَلَوْ كُنَّا صَادِقِينَ
Mereka
berkata : “Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami
tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami lalu dia dimakan serigala. Dan
kamu sekali-kali tidak akan percaya kami, sekalipun kami adalah orang-orang
yang benar. (QS Yusuf)
Menurut terminologi syariat Iman adalah mengucapkan dengan lisan,
meyakini dengan hati dan mengamalkan dengan anggota badan, bertambah karena
ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan. Syarh Ushulu I’tiqod Ahli Sunnah
(1/151)
Allah
berfirman :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ
ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ (الحجرات : 15)
Sesungguhnya orang-orang mukmin, yang sebenarnya adalah mereka yang
beriman kepada Allah da Rosul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka
berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang
yang benar. (QS Al Hujurat : 15 )
B.
Orang Mukmin yang Kuat Lebih Baik dan Lebih Dicintai Allah
a.
Allah mencintai sebagian hamba yang dikehendakinya. Diantara yang
dicintai Allah.
1.
Orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang suka bersuci. QS Al
Baqoroh : 222
2.
Orang-orang yang bertaqwa. QS Ali Imron : 76
3.
Orang-orang yang suka berbuat kebaikan. QS Ali Imron : 134
4.
Orang-orang yang bertawakkal. QS Ali Imron : 159
5.
Orang-orang yang bersabar. QS Ali Imron : 146
b.
Kecintaan Allah kepada hamba-Nya sesuai dengan sebagian sifat-Nya.
Sebagaimana Allah Maha Kuat mencintai orang mukmin yang kuat. Allah Maha Indah
mencintai sesuatu yang indah.
c.
“Orang mukmin yang kuat” Maksud kuat disini adalah kuat imannya ,
ketaatannya kepada Allah, kuat kemauannya untuk berbuat baik dan amal sholeh.
Kata “kuat” dalam hadits diatas dinisbatkan kepada kata sebelumnya yaitu
“mukmin”. Jadi kalimat “orang mukmin yang kuat” maksudnya adalah kuat imannya.
Berkata An Nawawi di dalam Syarh Shohih Muslim (16/215) :
وَ
اْلـمُرَادُ بِاْلقُوَّةِ هُنَا : عَـزِيْـمَةُ النَّفْسِ وَ اْلقَرِيْحَةُ فِيْ أُمُوْرِ
اْلأٓخِرَةِ فَيَكُوْنُ صَاحِبُ هٰذَا اْلوَصْفِ أَكْثَرَ إِقْدَامًا عَلَى اْلعَدُوِّ
فِيْ اْلجِهَادِ, وَ أَسْرَعَ خُرُوْجًا إِلَيْهِ وَ ذَهَابًا فِيْ طَلَبِهِ, وَ أَشَدَّ
عَزِيْـمَةً فِيْ اْلأَمْرِ بِاْلمـَعْرُوْفِ وَ النَّهْيِ عَنِ اْلمُـنْكَرِ وَ
الصَّبْرِ عَلَى اْلأَذَى فِيْ كُلِّ ذٰلِكَ, وَ احْـتِمَالِ اْلمَشَاقِ فِيْ ذَاتِ
اللهِ تَعَالَى, وَ أَرْغَبُ فِيْ الصَّلَاةِ وَ الصَّوْمِ وَ اْلأَذْكَارِ وَ سَائِرِ
اْلعِبَادَاتِ وَ أَنْشَطَ طَلَبًا لَـهَا فِيْ مُحَافَظَةِ عَلَيْهَا وَ نَـحَوَ
ذٰلِكِ
“Yang dimaksud kuat disini adalah kuat
adalah kuatnya kemauan dan yang paling semangat di dalam urusan akhirat.
Makanya orang seperti ini lebih berani menghadapi musuh di medan jihad, paling
cepat pergi kesana dan mencari celah untuk hal tersebut. Kuat kemauan untuk
beramar ma’ruf dan nahi mungkar dan sabar menghadapi ujian karenanya. Kuat
menahan keletihan di jalan Allah, paling semangat jika mengerjakan sholat,
berpuasa, berdzikir, dan mengerjakan hal tersebut dan akan selalu terus
menjaganya”.
Kekuatan yang disebutkan di atas akan bertambah sempurna jika
didukung dengan kekuatan fisik dan kekuatan finansial sehingga kekuatan yang
dimilikinya akan dimanfaatkan untuk menegakkan agama Allah . Sebaliknya, jika
seseorang memiliki kekuatan fisik dan finansial, tetapi tidak mempunyai
kekuatan iman dan kemauan, maka dia akan menjadi lemah. Bahkan, kekuatannya
akan dimanfaatkan untuk membuat kerusakan di muka bumi.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu : Aku melayani
Rasulullah shallaahu ‘alaihi wa sallam saat beliau singgah dan aku
selalu mendengar beliau banyak berdo’a :
اللّٰهُمَّ
إِنِّـيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ اْلهَمِّ وَ اْلحَـزَنِ وَ اْلعَجْزِ وَ اْلكَسَلِ وَ
اْلبُخْلِ وَ اْلجُبْنِ وَ ضَلَعِ الدَيْنِ وَ غَلَبَةِ الرِّجَالِ
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari (sifat) gelisah, sedih,
lemah, malas, kikir, pengecut, terlilit hutang dari kekuasaan laki-laki. HR
Bukhari.
C.
Orang Mukmin (yang kuat maupun yang lemah) Lebih Baik Daripada
Orang Kafir
Sabdanya : ( وَ فِيْ كُلٍّ
خَيْرٌ )
“Namun kedua-duanya memiliki kebaikan”.
Maksudnya bahwa orang mukmin itu pasti mempunyai kebaikan, baik
yang kuat maupun yang lemah. Secara nyata, bahwa orang mukmin yang kuat
mempunyai kekuatan lebih banyak dibanding orang mukmin yang lemah. Tetapi walau
demikian, orang mukmin yang lemah pun mempunyai kebaikan juga. Seperti
keadaannya memperbanyak jumlah ummat islam dan memperkuat barisannya. Orang
mukmin yang lemah, pasti mempunyai kelebihan di bidang lain dan orang mukmin
yang lemah lebih baik dari orang kafir.
D.
Kiat-kiat Menjadi Orang Mukmin Yang Kuat
Dalam hadits di atas terdapat petunjuk tentang kiat-kiat yang harus
dilakukan oleh orang mukmin agar menjadi orang mukmin yang kuat.
1.
Bersungguh-sungguh terhadap apa yang bermanfaat bagimu
Sabdanya : ( اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ )
“Bersungguh-sungguhlah
terhadap apa yang bermanfaat bagimu”.
Kebahagiaan manusia terletak pada kesungguhannya mencari sesuatu
yang bermanfaat baginya di dunia maupun di akhirat. Kesungguhan disini artinya
dia berusaha mengerahkan segala kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya untuk
meraih tujuan tersebut. Jika ini disalurkan pada hal-hal yang bermanfaat tentu
hasilnya menjadi luar biasa.
Dengan demikian, kesempurnaan seseorang terletak pada dua hal.
Pertama : pada kesungguhannya. Kedua : pada sesuatu yang bermanfaat baginya di
dunia dan di akhirat.
2.
Memohon pertolongan kepada Allah
Sabdanya : ( وَ اسْتَـعـِنْ بِاللهِ وَلَا تَعْجَـزْ )
“Dan mohonlah
pertolongan kepada Allah”
Seseorang agar
bisa mencapai dua hal tersebut, yaitu kesungguhannya dan di dalam mencari
sesuatu yang bermanfaat di dunia dan akhirat, maka dia harus meminta tolong
kepada Allah. Tanpa pertolongan-Nya, sangat susah dua hal tersebut diwujudkan
di dalam diri seorang muslim. Oleh karenanya, kita selalu diwajibkan untuk
memohon pertolongan tersebut, minimal 17 kali dalam sehari, yaitu ayat yang
berbunyi :
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah
kami meminta pertolongan. QS Al Fatihah :4
Ini dikuatkan
dengan hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallaahu
‘alaihi wa sallam pernah bersabda :
اللّٰهُمَّ
لَا سَهْلَ إِلَّا مَا جَعَلْتَهُ سَهْلًا وَ أَنْتَ تَجْعَلُ اْلحَزْنَ إِذَا
شِئْتَ سَهْلًا
Wahai Allah, tidak ada kemudahan kecuali sesuatu yang Engkau
jadikan mudah, dan Engkau jadikan yang susah, jika Engkau menghendaki, menjadi
mudah. HR Ibnu Hibban
3.
Jangan engkau menjadi lemah
Sabdanya : ( وَلَا تَعْجَزْ )
“Jangan
engkau menjadi lemah”.
Maksudnya jangan engkau berpangku tangan dan menunggu nasib tanpa
berusaha sedikitpun. Tetapi selalulah untuk berusaha mencari sesuatu yang
bermanfaat bagimu di dunia dan di akhirat serta meminta pertolongan kepada
Allah. Kalau tidak seperti itu, Anda termasuk orang yang lemah.
Allah berfirman mensifati orang yang bersabar :
وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا
وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا
اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
Dan
betapa banyak nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari pengikut (nya)
yang bertakwa ,mereka tidak (menjadi) lemah karena bencana yang menimpanya di
jalan Allah, tidak patah semangat dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Dan
Allah mencintai orang-orang yang sabar. QS Ali Imron :146
4.
Bersabar menghadapi musibah yang menimpanya
Dalam hidup manusia senantiasa memenuhi tiga hal yaitu nikmat Allah
yang diberikan kepadanya agar dia bersyukur kepada-Nya. Kedua musibah yang
Allah timpakan padanya sebagai ujian agar dia bersabar. Dan dosa yang dia
lakukan karena digelincirkan oleh setan agar segera bertaubat dan beristighfar.
Dan barangsiapa yang telah melakukan tiga hal diatas yang dia bersyukur apabila
diberi nikmat, bersabar apabila ditimpa musibah dan beristighfar apabila berbuat
dosa, maka dia akan mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya baik di dunia maupun
di akhirat.
Berkata Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu :
إِنَّ
الصَّبْرَ مِنَ اْلإِيْمَانِ بِمَنْزِلَةِ الرَّأْسِ مِنَ اْلجَسَدِ ثُمَّ رَفَعَ
صَوْتَهُ فَقَالَ : أَلَا إِنَّهُ لَا إِيـْمَانَ لِمَنْ لَا صَبْرَ لَـهُ
Sesungguhnya sabar bagian dari iman, diibaratkan kepala dari jasad
kemudian dia meninggikan suaranya lalu berkata : ketahuillah sesungguhnya tidak
ada imam bagi orang yang tidak punya kesabaran. Bashoiru Dzawit Tamyiz 3/376
Hadits di atas
terdapat petunjuk bagi orang mukmin tatkala mendapatkan mendapatkan musibah
seraya mengatakan :
قَدَرُ
اللهِ وَ مَا شَاءَ فَعَلَ
“Ini adalah takdir Allah, dan apa yang
dikehendaki-Nya pasti terjadi”.
Artinya ia
tetap menjadi orang yang kuat imannya kepada Allah dan kepada takdir Allah,
yang baik maupun yang buruk. Sehingga dia tidak sedih, stress dan mengumpat.
Tetapi segala sesuatunya diserahkan kepada Allah. Dan apa yang dipilihkan
untuknya adalah baik.
Ini sesuai dengan
hadits Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallaahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
عَجَبًا
لِأَمْرِ اْلـمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذٰلِكَ لِأَحَدٍ إِلَّا
لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ, وَإِنْ أَصَابَتْهُ
ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin, semua urusannya adalah
baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri orang mukmin. Apabila
mendapatkan kesenangan, dia bersyukur. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan,
dia pun bersabar. Maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.
E.
Intisari Hadits di atas
Sebagian ulama meringkas hadits di di atas dengan beberapa kata
pepatah. Diantaranya :
لَا
تَعْجَزْ عَنْ مَأْمُوْرٍ وَ لَا تَجْزَعْ مِنْ مَقْدُوْرٍ
Janganlah
engkau lemah terhadap ha-hal yang diperintahkan kapadamu dan janganlah panik
dengan hal-hal yang ditakdirkan atasmu.
Hal itu karena kita tidak pernah diperintahkan Allah mengerjakan
sesuatu kecuali menurut kemampuan kita, dan Allah mentakdirkan sesuatu yang
kita tidak bisa merubahnya. Wallahu A’lam Bishshawab.